Monday, March 12, 2012

Abang ku yang Keren



            Di kelas 8a, tampak murid-murid sedang bermain ponsel secara diam-diam. Ya...mungkin karen sudah ada aturan untuk tidak membawa ponsel ke sekolah.
            “Vancha!!!!” Teriak salah satu teman perempuan ku.
            “Mwo?”
            “Ini siapa? Keren banget!!” Ucap Via kegirangan.
            “Apa!!? Kau bilang ini keren? Keren dari mana? Hahahaha!” Aku mulai tertawa.
            “Iiiih buta kamu ya Cha, ini tuh keren tau!!” Via meyakinkan ku.
            “Emang bagian mana sih yang keren, biasa aja kali. Kamu aja yang terlalu lebay”
            “Matanya...hidungnya...dan bibirnya yang begitu menggoda.”
Aku hanya menganga dengan jawaban yang Via ucapkan, iih lebay banget tuh anak. Orang kaya gini aja dibilang keren.
            “Vancha kenalin dong”
            “Iya gue juga, dan salamin salam ku ke dia ya.”
            “Emang kalian udah tau ini orang siapa? Belum tau orangnya udah minta salam-salaman”
            “Eh iya..ya..” Zahra menyengir. “Lalu, siapa orang yang di foto ini?” Lanjutnya.
            “Kakakku” Jawabku enteng.
            “APA!?!?” Teriak mereka bebarengan.
            “Kamu yakin ini orang kakak mu” Ely tak percaya.
            “Tentu saja. Emang aku nggak mirip sama dia?”
            Belum sempat menjawab pertanyaan dari ku, langsung Pak Bandi masuk ke kelas kita.Tanpa aba-aba teman-teman menyimpan ponsel mereka, ada yang di saku, tas, laci meja, dan lain-lain.
            “Selamat pagi anak-anak!”
            “Pagi pak” Jawab murid-murid
             Istirahatpun datang, setelah dua jam pelajaran bahasa Indonesia yang menurutku sangat membosankan, ya...mungkin karena banyak kata, Haaah sangat membosankan.
            “Cha, sumpah aku masih nggak percaya kalau ini kakak mu.” Ucap Ely sembari mendekatkan wajahnya ke wajahku menulusuri kesamaan ku dengan kakakku.
            “Ah...apa-apaan sih, kalau nggak percaya ya udah. Terserah kalian aja” Kataku sambil mendorong muka Ely.
            “Haaah napa sih mesti kakak kamu, Eh, tapi tak apalah aku kan bisa nitip-nitip salam gitu ke kamu, terus tanya-tanya info ke kamu, lalu...nggg lalu.....”
            “Lalu, minta nomor hapenya kakak mu” Tambah Uty.
            “Ha? Emang aku ini apa? Ha!! Tukang pos? Pusat informasi” Bentakku.
            “Alah,  kamukan baik Cha. Masa nggak mau sih. Demi kita.” Zahra mulai beraksi.
            “Please” Via juga tak mau kalah. “Mmm...kalau kamu mau ngelakuin permintaan kita, kita belikan es krim deh” Pinta Via.
            “Mwo! Es krim?” Mendengar kata es krim, rasanya aku ingin meledak. Uuuhhh es krim...aaah pengen.
            “ Eh napa bengong? Mau kagak?”
            “Mmm gimana lagi, aku kan suka banget sama es krim, hfft ya deh aku setuju.”
Teet...teet...teet. Bel sekolah t’lah berbunyi nyaring. Akhirnya pulang sekolahpun tiba. Haah akhirnya pulang juga.
“Woi...woi...” Aku mencegah Zahra, Via, Ely, dan Uty. “Mana janji kalian? Ha”
“Aku kira kamu lupa, eh malah inget. Karena kita lagi nggak ada waktu. Nih uang buat lho, emang es krim berapa? 10 ribukan, Nih” Kata Zahra sambil menyodorkan uang 10 ribu pada ku.
“Aku tidak menerima uang, aku hanya mau nerima es krim” Kata ku mengacuhkan uang itu. Ya..sebenarnya aku juga pengen uang itu sih.
“Ya deh...ya deh..ayo kita pergi ke super market.”
Setelah kami selesai beli semua yang kita mau, kamipun pulang dan berpencar di depan halte bus.
“Daaah” Ucap Via dan Zahra sambil naik bus pilihan mereka.
“Daah Vancha!! Jangn lupa salam kita ya” Kata Uty dan Ely sambil menaiki motornya masing-masing.
“Iya,,iya...tenang aja. Pesan pasti di terima kok”
15 menit aku berjalan sendirian lontang-lantung sambil makan es krim. Sampailah aku di rumah. Dan di rumah aku telah melihat kak July, kakak ku sedang memainkan laptopnya di depan teras rumah. Lalu akupun berlari menghampirinya.
“Kakak!”
“Apa” Tanya kak July tanpa melihatku sedikitpun.
“Ng...kakak tau tidak. Teman-teman ku pada ng-fans sama kamu. Terus ya mereka titip salam ke kakak.”
“Lalu..?”
“Mmm..lalu giman tanggapan kakak?”
“Biasa saja”
Lalu aku ikut duduk di samping kak July.
            “O ya, kenapa kakak menganggapnya biasa? Kalau aku jadi kakak pasti aku sangat senang”
            “Vancha..”
Aku menganggukkan kepala.
            “Kau tahu kenapa aku menganggapnya biasa? Karena kakak tidak ingin pacaran dulu. Tujuan ku sekarang hanyalah lulus kuliah, membahagiakan orang tua,  dan membahagiain kamu juga.” Katanya sambil mengubrak-abrik poni ku.
“ Kakak ternyata sudah berubah ya? “
            “Semua manusia pasti akan berubah. Bahkan hewan dan tumbuhan juga.”
            ‘’Iya aku tau, tapi dulukan kakak sering jailin aku, terus cerewet banget kalu aku kasih rahasia. Tapi sekarang nggak, aku ngerasain kalau kakak udah mulai dewasa. “ Lalu akupun memeluk kakak ku “Kakak...aku sayang kakak”
            “Iya aku tau. Masa kakak seganteng ini nggak di sayangin adeknya. Hahaha”
            “Mulai...Eh tapi kak sebenernya aku juga nggak setuju sih, kalau salah satu temen ku jadi pacar kakak. “
            “Emang kenapa??”
            “Mungkin, karena mereka hanya menghandalkan motor dan tampang, bukan dari hati. Aku benci cewek seperti itu. Eh tapi kalau kamu tertarik pada salah satu temen ku. Aku nggak ngelarang kok”
            “Mmmm begitu ya, baiklah kalau kamu ngelarang. Kakak nggak akan pacaran sama mereka kok.”
            “Eh...eh..aku bukannya ngelarang, Cuma ngingetin. Aku nggak mau kalau kakak nantinya di sakiti oleh mereka. Soalnya mereka sangat tergiur dengan ketampanan dan kekayaan.”
            “Oke Mindut....! Kakak janji akan milih pacar yang baik.”
            “Janji”
            “Iya.”
            “Eh, stop!! Ingat kuliah dulu baru pacaran.!”
            “Ya..ya..dasar cerewet. Ya dah kakak masuk dulu, mau istirahat. Daaaah” Katanya sambil berlalu, dan masuk ke rumah.
            “Syukurlah kakak mengerti apa maksut pembicaraan ku. Aku sayang kakak. Makasih untuk semuanya.” Ucapku dalam hati sambil tersenyum.
            “Oya, mendingan aku kabarin mereka aja soal ini”
Lalu akupun menulis sms ke Zahra, Uty, Via, dan Ely. Isinya
                        Kata kakak ku, dia udah nggak pengen mikirin pacar sebelum dia wisuda. Kalau mau nunggu, tunggu aja. Cuma bentar kok, yaitu lima tahun. :p
Tak selang beberapa menit mereka membalas dengan kata-kata yang sama.
            “APA!!!!”

No comments: