Di
kelas 8a, tampak murid-murid sedang bermain ponsel secara diam-diam.
Ya...mungkin karen sudah ada aturan untuk tidak membawa ponsel ke sekolah.
“Vancha!!!!”
Teriak salah satu teman perempuan ku.
“Mwo?”
“Ini
siapa? Keren banget!!” Ucap Via kegirangan.
“Apa!!?
Kau bilang ini keren? Keren dari mana? Hahahaha!” Aku mulai tertawa.
“Iiiih
buta kamu ya Cha, ini tuh keren tau!!” Via meyakinkan ku.
“Emang
bagian mana sih yang keren, biasa aja kali. Kamu aja yang terlalu lebay”
“Matanya...hidungnya...dan
bibirnya yang begitu menggoda.”
Aku hanya menganga dengan jawaban yang Via ucapkan,
iih lebay banget tuh anak. Orang kaya gini aja dibilang keren.
“Vancha
kenalin dong”
“Iya
gue juga, dan salamin salam ku ke dia ya.”
“Emang
kalian udah tau ini orang siapa? Belum tau orangnya udah minta salam-salaman”
“Eh
iya..ya..” Zahra menyengir. “Lalu, siapa orang yang di foto ini?” Lanjutnya.
“Kakakku”
Jawabku enteng.
“APA!?!?”
Teriak mereka bebarengan.
“Kamu
yakin ini orang kakak mu” Ely tak percaya.
“Tentu
saja. Emang aku nggak mirip sama dia?”
Belum
sempat menjawab pertanyaan dari ku, langsung Pak Bandi masuk ke kelas
kita.Tanpa aba-aba teman-teman menyimpan ponsel mereka, ada yang di saku, tas,
laci meja, dan lain-lain.
“Selamat
pagi anak-anak!”
“Pagi
pak” Jawab murid-murid
Istirahatpun datang, setelah dua jam pelajaran
bahasa Indonesia yang menurutku sangat membosankan, ya...mungkin karena banyak
kata, Haaah sangat membosankan.
“Cha,
sumpah aku masih nggak percaya kalau ini kakak mu.” Ucap Ely sembari
mendekatkan wajahnya ke wajahku menulusuri kesamaan ku dengan kakakku.
“Ah...apa-apaan
sih, kalau nggak percaya ya udah. Terserah kalian aja” Kataku sambil mendorong
muka Ely.
“Haaah
napa sih mesti kakak kamu, Eh, tapi tak apalah aku kan bisa nitip-nitip salam
gitu ke kamu, terus tanya-tanya info ke kamu, lalu...nggg lalu.....”
“Lalu,
minta nomor hapenya kakak mu” Tambah Uty.
“Ha?
Emang aku ini apa? Ha!! Tukang pos? Pusat informasi” Bentakku.
“Alah, kamukan baik Cha. Masa nggak mau sih. Demi
kita.” Zahra mulai beraksi.
“Please”
Via juga tak mau kalah. “Mmm...kalau kamu mau ngelakuin permintaan kita, kita
belikan es krim deh” Pinta Via.
“Mwo!
Es krim?” Mendengar kata es krim, rasanya aku ingin meledak. Uuuhhh es
krim...aaah pengen.
“
Eh napa bengong? Mau kagak?”
“Mmm
gimana lagi, aku kan suka banget sama es krim, hfft ya deh aku setuju.”
Teet...teet...teet. Bel sekolah
t’lah berbunyi nyaring. Akhirnya pulang sekolahpun tiba. Haah akhirnya pulang
juga.
“Woi...woi...” Aku mencegah
Zahra, Via, Ely, dan Uty. “Mana janji kalian? Ha”
“Aku kira kamu lupa, eh malah
inget. Karena kita lagi nggak ada waktu. Nih uang buat lho, emang es krim
berapa? 10 ribukan, Nih” Kata Zahra sambil menyodorkan uang 10 ribu pada ku.
“Aku tidak menerima uang, aku
hanya mau nerima es krim” Kata ku mengacuhkan uang itu. Ya..sebenarnya aku juga
pengen uang itu sih.
“Ya deh...ya deh..ayo kita pergi
ke super market.”
Setelah kami selesai beli semua
yang kita mau, kamipun pulang dan berpencar di depan halte bus.
“Daaah” Ucap Via dan Zahra sambil
naik bus pilihan mereka.
“Daah Vancha!! Jangn lupa salam
kita ya” Kata Uty dan Ely sambil menaiki motornya masing-masing.
“Iya,,iya...tenang aja. Pesan
pasti di terima kok”
15 menit aku berjalan sendirian
lontang-lantung sambil makan es krim. Sampailah aku di rumah. Dan di rumah aku
telah melihat kak July, kakak ku sedang memainkan laptopnya di depan teras
rumah. Lalu akupun berlari menghampirinya.
“Kakak!”
“Apa” Tanya kak July tanpa
melihatku sedikitpun.
“Ng...kakak tau tidak.
Teman-teman ku pada ng-fans sama kamu. Terus ya mereka titip salam ke kakak.”
“Lalu..?”
“Mmm..lalu giman tanggapan
kakak?”
“Biasa saja”
Lalu aku ikut duduk di samping kak July.
“O
ya, kenapa kakak menganggapnya biasa? Kalau aku jadi kakak pasti aku sangat
senang”
“Vancha..”
Aku menganggukkan kepala.
“Kau
tahu kenapa aku menganggapnya biasa? Karena kakak tidak ingin pacaran dulu.
Tujuan ku sekarang hanyalah lulus kuliah, membahagiakan orang tua, dan membahagiain kamu juga.” Katanya sambil
mengubrak-abrik poni ku.
“ Kakak ternyata sudah berubah
ya? “
“Semua
manusia pasti akan berubah. Bahkan hewan dan tumbuhan juga.”
‘’Iya
aku tau, tapi dulukan kakak sering jailin aku, terus cerewet banget kalu aku
kasih rahasia. Tapi sekarang nggak, aku ngerasain kalau kakak udah mulai
dewasa. “ Lalu akupun memeluk kakak ku “Kakak...aku sayang kakak”
“Iya
aku tau. Masa kakak seganteng ini nggak di sayangin adeknya. Hahaha”
“Mulai...Eh
tapi kak sebenernya aku juga nggak setuju sih, kalau salah satu temen ku jadi
pacar kakak. “
“Emang
kenapa??”
“Mungkin,
karena mereka hanya menghandalkan motor dan tampang, bukan dari hati. Aku benci
cewek seperti itu. Eh tapi kalau kamu tertarik pada salah satu temen ku. Aku
nggak ngelarang kok”
“Mmmm
begitu ya, baiklah kalau kamu ngelarang. Kakak nggak akan pacaran sama mereka
kok.”
“Eh...eh..aku
bukannya ngelarang, Cuma ngingetin. Aku nggak mau kalau kakak nantinya di
sakiti oleh mereka. Soalnya mereka sangat tergiur dengan ketampanan dan
kekayaan.”
“Oke
Mindut....! Kakak janji akan milih pacar yang baik.”
“Janji”
“Iya.”
“Eh,
stop!! Ingat kuliah dulu baru pacaran.!”
“Ya..ya..dasar
cerewet. Ya dah kakak masuk dulu, mau istirahat. Daaaah” Katanya sambil
berlalu, dan masuk ke rumah.
“Syukurlah
kakak mengerti apa maksut pembicaraan ku. Aku sayang kakak. Makasih untuk
semuanya.” Ucapku dalam hati sambil tersenyum.
“Oya,
mendingan aku kabarin mereka aja soal ini”
Lalu akupun menulis sms ke Zahra, Uty, Via, dan Ely.
Isinya
Kata
kakak ku, dia udah nggak pengen mikirin pacar sebelum dia wisuda. Kalau mau
nunggu, tunggu aja. Cuma bentar kok, yaitu lima tahun. :p
Tak selang beberapa menit mereka membalas dengan
kata-kata yang sama.
“APA!!!!”
No comments:
Post a Comment